Barangkali pelajaran Bahasa Indonesia di ‘wajib belajar 12 tahun’ sudah cukup sebagai bekal berlogika dalam berbahasa. Sebab tujuan belajar Bahasa Indonesia antara lain agar peserta didik memiliki kegemaran membaca, meningkatkan karya sastra untuk meningkatkan kepribadian, mempertajam kepekaan, perasaan, dan memperluas wawasan kehidupannya (KTSP, Depdiknas, 2006: 317). Namun faktanya, ketika lanjut ke jenjang yang lebih tinggi (red: perguruan tinggi), tidak sedikit mahasiswa yang tidak dapat berlogika dalam berbahasa, serta menulis tanpa berpedoman pada Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Mengapa Logika Berbahasa dan EYD Diabaikan?
Fenomena ini tentu tidak muncul begitu saja. Ada beberapa faktor utama yang menjadi penyebab lemahnya logika berbahasa dan pengabaian EYD:
Kurangnya Kesungguhan Belajar
Tidak banyak mahasiswa yang memiliki keseriusan dalam mempelajari Bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pembelajaran sering kali hanya dianggap sebagai formalitas tanpa adanya upaya untuk memahami esensi berbahasa.
Ketimpangan Jumlah Pengajar dan Peserta Didik
Rasio tenaga pengajar yang tidak ideal dibandingkan jumlah peserta didik membuat pembelajaran menjadi kurang efektif. Pengajar seringkali kewalahan dalam memberikan perhatian kepada semua peserta didik.
Minimnya Akses Buku Berkualitas
Keterbatasan akses terhadap buku yang baik dan relevan menghambat peserta didik dalam mendapatkan referensi yang dapat meningkatkan kemampuan menulis dan berlogika.
Kualifikasi Pengajar yang Tidak Memadai
Pengajar Bahasa Indonesia seharusnya memiliki kompetensi dan pemahaman yang mendalam terhadap materi. Namun, kenyataannya, banyak pengajar yang tidak sesuai kualifikasi, sehingga pembelajaran tidak berlangsung optimal.
Akibat dari faktor-faktor ini, banyak peserta didik, tak terkecuali mahasiswa menghasilkan tulisan yang tidak menarik, sulit dipahami, bahkan tidak sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik dan benar.
Menumbuhkan Kesadaran dan Komitmen dalam Berbahasa
Prinsip “man jadda wajada” atau “barangsiapa bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil” menjadi sangat relevan dalam konteks ini. Meski fasilitas tersedia, tenaga pengajar kompeten, dan akses buku melimpah, tanpa kesungguhan individu, kemampuan berbahasa tidak akan berkembang. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
Meningkatkan Kesadaran Pentingnya Bahasa Indonesia
Peserta didik perlu menyadari bahwa kemampuan berbahasa bukan sekadar kewajiban akademis, tetapi juga keterampilan penting dalam dunia kerja dan kehidupan sosial.
Meningkatkan Kompetensi Pengajar
Pelatihan dan pengembangan bagi tenaga pengajar harus menjadi prioritas agar mereka lebih kompeten dalam menyampaikan materi dan menginspirasi peserta didik untuk mencintai Bahasa Indonesia.
Memperbanyak Akses Buku Berkualitas
Pemerintah dan institusi pendidikan perlu memastikan tersedianya buku-buku berkualitas yang mudah diakses oleh peserta didik, baik melalui perpustakaan fisik maupun digital.
Mengintegrasikan Latihan Menulis dalam Kurikulum
Latihan menulis harus menjadi bagian integral dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga peserta didik terbiasa menuangkan gagasan secara logis dan mengikuti kaidah EYD.
Menyediakan Konten Edukasi Online
Di era digital, platform online dapat dimanfaatkan untuk menyediakan panduan praktis tentang logika berbahasa dan penerapan EYD, sehingga peserta didik dapat belajar kapan saja secara mandiri.
Dosen Ilmu TafsirĀ UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi