Urgensi Penanganan Keterlambatan Berbicara pada Anak Usia Dini

Berbicara menjadi salah satu keterampilan produktif. Setiap individu dituntut dapat menguasai kemampuan berbicara yang memegang peranan penting dalam kehidupan. Kemampuan ini diajarkan sejak usia dini melalui peran orang tua sehingga anak dapat berinteraksi dengan lingkungan untuk menyampaikan apa yang ingin dikemukakan dan dirasakan kepada orang-orang di sekitarnya. Seiring bertambahnya usia anak, akan berkembang pula kemampuan dan penguasaan bahasanya. Jika kemampuan ini tidak diajarkan oleh anak sejak dini, anak cenderung akan mengalami keterlambatan berbicara.

Pada satu tahun pertama usia anak, umumnya mereka sudah bisa menyebutkan sapaan orang-orang yang di lingkungannya seperti mama, papa, kakak, kakek, dan nenek. Anak juga sudah bisa mengucapkan  kata-kata yang biasa didengar oleh anak di kesehariannya. Tetapi pada anak yang mengalami keterlambatan berbicara, anak akan sulit mengeluarkan kata-kata. Sekalipun bisa, anak akan mengeluarkan kata-kata atau suara secara tidak jelas.

Orang Tua Sebagai Model

Salah satu faktor yang mempengaruhi anak mengalami keterlambatan berbicara yaitu tidak adanya model yang dapat ditiru oleh anak sehingga anak berkembang secara fisik, tetapi pada kemampuan berbicara kurang berkembang secara efektif. Orang tua, disadari atau tidak, menjadi model bagi anak dalam pertumbuhan dan perkembangan bahasa juga psikisnya. Orang tua yang tidak memahami dan kurang perhatian kepada anaknya, disinyalir turut mendorong fenomena keterlambatan berbicara pada anak.

Keterlambatan berbicara bisa dilihat ketika anak pada usia 18–24 bulan. Ketika diajak berkomunikasi hanya bisa mendengarkan lawan bicara saja dan cenderung masih ragu-ragu ketika menyampaikan pendapatnya atau mendeskripsikan yang anak rasakan. Ketika diajukan sebuah pertanyaan kepada anak, hanya menanggapinya dengan gesture tubuh atau diam saja. Anak yang mengalami keterlambatan berbicara sebagian besar dikarenakan kurangnya latihan berbicara, lebih banyak anak bermain sendiri, dan anak terlalu pasif.

Baca juga:  Membangun Budaya Literasi di Kalangan Generasi Muda

Masalah keterlambatan berbicara pada anak tidak hanya berdampak pada kemampuan komunikasi anak, tetapi juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan akademis mereka. Apalagi era digital saat ini, dalam menghibur anak sering kali digunakan oleh orang tua dengan memberikan gadget untuk bermain atau menonton film. Kemudahan dalam mengakses ini dimanfaatkan oleh orang tua pada era sekarang, kecenderungan orang tua saat ini adalah memberikan gadget kepada anak agar tidak rewel ketika orang tua sedang beraktivitas. Padahal ketika anak bermain dengan gadgetnya, otak anak masih belum mampu untuk mencerna bahasa dan gambar pada satu arah. Selain itu, dari gadget tersebut akan membuat interaksi antara anak dengan orang tua berkurang, hingga dewasa interaksi antara keduanya akan berkurang jika orang tua membiarkannya.

Selain akibat dari penggunaan gadget yang menyebabkan keterlambatan berbicara pada anak, komunikasi antara anak dan orang tua juga bisa menyebabkan anak menjadi keterlambatan berbicara. Ketika orang tua berkomunikasi dengan anak, orang tua terlalu sering menggunakan bahasa bayi. Misalnya, orang tua berkomunikasi tetapi pengucapannya tidak benar atau dicadelkan. Selain itu, ketika sedang berinteraksi dan berkomunikasi dengan anak, orang tua menggunakan tempo nada cepat sehingga anak sulit untuk memahami yang dikatakan oleh orang tua dan ketika orang tua berkomunikasi dengan anak menggunakan dua bahasa yang dicampur, mengakibatkan anak sulit memahami yang dikatakan oleh orang tua.

Perlunya Kesadaran Orang Tua

Akibat dari permasalahan tersebut penting adanya kesadaran oleh para orang tua dalam menangani keterlambatan berbicara pada anak. Sering kali keterlambatan berbicara ini dianggap remeh oleh para orang tua, mereka hanya menganggap bahwa anak hanya sedang malas berbicara atau belum waktunya berbicara, sehingga jika dibiarkan hingga dewasa dikhawatirkan anak akan sulit berkomunikasi, berinteraksi dan tidak dapat memahami ketika  interaksi yang mengakibatkan anak menjadi distraksi oleh lingkungan. Selain itu jika anak di biarkan tanpa penanganan khusus, anak akan terganggu dalam proses belajarnya. Orang tua seharusnya lebih aktif dalam berinteraksi kepada anak agar dapat mengembangkan psikomotorik dan kognitif sehingga anak tidak mengalami keterlambatan berbicara.

Baca juga:  Peran ZISWAF sebagai Instrumen Pemerataan Ekonomi di Indonesia

Kondisi anak akan mengkhawatirkan jika orang tua tidak menangani keterlambatan berbicara pada anak dengan segera sebab efek dari gejala ini berjangka panjang. Hal ini akan menyebabkan anak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Selain itu, anak akan mengalami gangguan kognitif, gangguan bahasa, dan gangguan emosional dan mental dikarenakan anak sulit untuk mengungkapkan isi pikirannya yang mengakibatkan anak depresi.

Langkah-langkah Penanganan

Penanganan keterlambatan berbicara juga melibatkan peranan dan dukungan aktif dari orang tua. Mereka perlu berperan aktif dalam proses perkembangan bahasa anak misalnya seperti mengajak anak bernyanyi, membaca buku atau bercerita bersama anak, bermain tanya jawab dengan anak untuk melatih wicara pada anak, atau bermain puzzle untuk melatih psikomotorik anak. Selain itu, bisa pula dengan berkomunikasi secara rutin dan menciptakan lingkungan yang kaya akan bahasa.

Semakin cepat menangani keterlambatan berbicara pada anak, maka akan semakin bagus dalam perkembangannya. Peran pertama orang tua dalam menangani keterlambatan berbicara pada anak yaitu meningkatkan frekuensi komunikasi antara anak dan orang tua, tujuannya untuk menstimulasi agar anak merespon dalam proses komunikasi. Dalam proses ini gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti oleh anak dan harus memilih kata ketika berkomunikasi dengan anak, karena di saat usia dini anak sangat mudah menyerap kata yang didengarkan olehnya.

Langkah terakhir jika anak masih mengalami keterlambatan berbicara yaitu segera bawa anak ke dokter spesialis anak atau psikolog. Sebelum diagnosa keterlambatan berbicara, anak akan di tes agar diketahui apakah gejala tersebut dikarenakan Kurangnya interaksi sosial atau karena ada gangguan pendengaran pada anak. Biasanya dokter spesialis anak atau psikolog akan memberikan saran kepada orang tua bagaimana yang seharusnya dilakukan, seperti terapi wicara, membangun motivasi anak, dan menciptakan lingkungan yang baik pada anak agar membantu dari aspek psikis. Dalam proses ini orang tua harus sering mengajak anak untuk berkomunikasi, kapan pun dan di mana pun ketika orang tua sedang bersama dengan anak. Misalnya ketika sedang di rumah, orang tua mengenalkan benda-benda yang ada di sekelilingnya. Hal ini akan menstimulasi anak agar dapat berbicara karena kata-kata akan menjadi bekal pada perkembangan anak.

Baca juga:  Komunikasi Dakwah Di Era Digital

Perkembangan setiap anak berbeda-beda dalam berbicara ada yang usia dua  tahun sudah pandai berbicara. Ada juga yang lebih dari usianya, tetapi belum bisa berbicara dengan jelas. Orang tua harus perhatian ekstra kepada anak, jika muncul tanda-tanda keterlambatan berbicara pada anak. Sebelum mengalami keterlambatan berbicara pada anak lebih baik ketika anak sudah lahir orang tua lebih intens untuk mengajak interaksi pada anak agar dapat menstimulasi anak untuk berbicara. Selain itu, meminimalkan anak untuk belajar satu arah atau screen time seperti menonton gadget atau televisi yang tidak hanya mengakibatkan keterlambatan berbicara, tetapi juga memunculkan dampak lainnya pada kesehatan dan mental anak.

Share artikel ini

Tinggalkan komentar