Melakukan kebaikan tak harus muluk-muluk. Kebaikan bisa dimulai dari langkah-langkah kecil. Dari langkah-langkah kecil itu bisa untuk meraih hal-hal besar. Hal demikian dapat kita terapkan dalam hal membaca dan menulis.
Membaca itu cukup mudah dan ringan. Kita hanya perlu meluangkan waktu dan menyalakan pikiran saja. Beda halnya dengan menulis. Saat menulis, kita butuh ide. Dan ide-ide tersebut kebanyakan muncul dan bersumber dari apa yang kita baca. Maka untuk bisa menulis (yang baik), kita butuh bacaan.
Tulisan yang bagus dibangun dari bacaan yang bagus dan kaya. Kita bisa saja menulis dengan hanya bermodal pengalaman atau apa saja yang berkelebat di kepala. Namun apa jadinya? Tulisan kita menjadi tidak padu dan tidak tahu arahnya ke mana. Maka sekali lagi, kita butuh bacaan.
Dengan membaca, kita tidak saja memperkaya wawasan, wacana ataupun teori-teori. Lebih dari itu, kita akan melatih setidaknya tiga hal. Pertama, diksi. Ya, diksi atau pilihan kata yang kita gunakan dalam tulisan sangat dipengaruhi oleh apa yang kita baca. Entah itu karya-karya fiksi seperti novel, cerpen, puisi dan lainnya, ataupun karya nonfiksi semisal esai, berita, karya-karya ilmiah dan sebagainya.
Kedua, dari bacaan, kita bisa belajar menyusun tulisan dengan lebih rapi. Mulai dari bagaimana membuat paragraf pembuka, menutup tulisan hingga merangkai paragraf demi paragraf sehingga menjadi lebih kohesif dan padu.
Ketiga, tentu saja terkait isi bacaan. Kita bisa mengetahui teori dan konsep-konsep, wacana dan berbagai gagasan serta inspirasi dari apa yang kita baca. Dengan banyak membaca (dan menulis), kita akan mampu mengembangkan gagasan dan melahirkan ide-ide baru yang lebih segar dan jernih.
Dengan demikian, membaca secara konsisten sama artinya dengan melatih kemampuan menulis. Jika membaca kita anggap sebagai langkah-langkah kecil, maka menghasilkan tulisan bagus adalah hal besar yang dapat diraih.
Setelah melalui serangkaian proses mulai dari melatih diksi, merangkai tulisan hingga menggali ide dan gagasan, maka kita sudah dianggap siap dan layak untuk menulis. Namun demikian, ternyata hingga kini tak satupun tulisan kita buat. Apa masalahnya? Ternyata kita luput akan satu hal : kemauan.
Tim Redaksi Media Progresif