Pekalongan, Minggu (22/9) – Prodi dan HMPS Tadris Bahasa Indonesia FTIK UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan menggelar acara gelar wicara bertajuk “Gemuruh Bahasa Indonesia” sebagai bagian dari peringatan hari lahir yang pertama. Acara yang berlangsung di Aula Gedung FUAD lantai 2 ini mengusung tema “Peran Bahasa Indonesia dalam Mempertahankan Budaya dan Melestarikan Sastra” dan dihadiri oleh lebih dari 100 peserta, termasuk siswa dan mahasiswa.
Dalam sambutannya, Abdul Mukhlis, Ketua Prodi Tadris Bahasa Indonesia, menyampaikan bahwa acara ini bertujuan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang pentingnya bahasa Indonesia dalam menjaga budaya dan sastra. Ia juga menekankan bahwa sejak bahasa Indonesia diakui sebagai bahasa resmi UNESCO pada 20 November 2023, peluang pemertahanan budaya dan melestarikan sastra semakin besar. “Mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk turut menyebarkan nilai-nilai budaya bangsa melalui karya-karya yang Anda sekalian kreasikan,” ungkapnya.
Mukhlis juga memberi pandangan terkait tema yang diusung dalam gelar wicara tersebut. Baginya, bahasa Indonesia sedikitnya memiliki 5 peran dalam upaya pemertahanan budaya dan pelestarian sastra. Pertama, sebagai sarana komunikasi. Dalam konteks ini, bahasa Indonesia memiliki peran sebagai bahasa pergaulan atau lingua franca. Kedua, sebagai media penyampai pendidikan dan pembelajaran. Ketiga, sebagai dokumentasi sosial budaya. Keempat, eskalasi informasi melalui media dan teknologi, dan terakhir, sebagai identitas nasional.
Hadirkan Sastrawan Lokal
Acara tersebut menghadirkan budayawan dan sastrawan lokal asal Pekalongan, Kang Ribut Gondrong, yang turut berbagi pandangan mengenai pentingnya pelestarian bahasa melalui karya sastra. Ia mendorong peserta untuk memanfaatkan platform digital seperti Instagram dan TikTok untuk menyalurkan karya sastra. “Dengan media ini, Anda sudah turut mempertahankan budaya dan melestarikan sastra,” ujar Kang Ribut.
Kang Ribut dalam paparannya memberi penegasan kepada peserta gelar wicara bahwa bahasa, budaya, dan sastra, baik lingkup lokal maupun nasional, merupakan unsur yang saling berkait paut. “Jika tidak ada bahasa, budaya tidak akan tercipta. Begitu pula sastra, tentu akan kehilangan alat ekspresinya. Bahasa juga menjadi pintu masuk untuk memahami berbagai disiplin ilmu lain. Berbahagialah mestinya Anda sekalian yang punya kesempatan belajar bahasa,” pungkasnya.
Acara ini dibuka dengan penampilan tarian memukau oleh mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia, Anggun Amanda Wulan Cahya dan Adezoya Shifa Sabilila. Selain gelar wicara, acara ini juga diisi dengan pengumuman pemenang lomba Cipta Puisi dan Cerpen yang diikuti peserta dari berbagai wilayah, bahkan hingga luar Pulau Jawa. Acara diakhiri dengan pembacaan puisi oleh Arina Farhatul Maula dan sesi foto bersama. (Depkominfo HMPS TBI).
Tim Redaksi Media Progresif