Komunikasi Dakwah Di Era Digital

Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat segala aspek kehidupan beralih ke teknologi. Kegiatan yang awalnya harus dilakukan dengan tatap muka akhirnya mengikuti perkembangan teknologi dan bisa diakses secara online. Seperti contoh kegiatan pengajian. Pengajian yang biasannya dilakukan secara tatap muka sekarang juga bisa diakses secara online melalui berbagai media, baik media sosial, media massa atau media elektronik. Kita bisa dengan mudah mendengarkan ceramah di radio,TV, HP dan lain-lain tanpa harus datang ke tempat pengajian itu.

Tentang dakwah di era digital

Menurut Ahmad Mubarak dalam bukunya “Psikologi Dakwah” dinyatakan bahwa kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikatif dimana da’i menyampaikan pesan dakwah kepada mad’u, baik secara pribadi maupun internal. Secara teknis, dakwah adalah komunikasi antara da’i (komunikator) dan mad’u (komunikan). Segala hukum yang berlaku pada ilmu komunikasi juga berlaku pada dakwah. Hambatan komunikasi merupakan penghambat dakwah, dan cara mengungkap apa yang melatarbelakangi perilaku  dakwah sama dengan apa yang harus dilakukan bagi komunikator.

Komunikasi dakwah hendaknya tidak hanya diungkapkan dalam bentuk ucapan saja, melainkan juga harus diungkapkan dalam bentuk non-verbal atau dalam bentuk gerak, seni, budaya, dan lain-lain, sehingga masyarakat  era millenial masa kini tidak muak dengan bentuk dakwah yang tidak sesuai zaman. Apalagi jika kita mengenalkan dakwah  kepada generasi muda, mereka selalu menginginkan pesan, materi dan metode dakwah yang lebih modern. Oleh karena itu, memadukan dakwah secara bersama-sama sangatlah penting  untuk dapat menyampaikan pesan-pesan dakwah dalam bentuk yang lebih kreatif dan inovatif.

Kemudahan berdakwah melalui media digital tidak boleh disalahgunakan sehingga memunculkan gagasan radikalisme, terorisme, atau ekstremisme karena dominasi budaya digital, terkait erat  dengan difusi gaya konsumsi dan gaya hidup yang serba instan. Dakwah harus mempunyai nilai-nilai positif untuk menyebarkan nilai-nilai islam toleransi dan moderasi. Khusunya untuk  kaum millenial sebagai penerus bangsa yang memiliki karakteristik sendiri. Istilah Milenial sendiri pertama kali diperkenalkan oleh sejarawan Amerika William Straus dan Neil Howe.  Lahirnya generasi milenial berbarengan dengan dunia digital. Hal ini tentu saja mempengaruhi karakteristik Generasi Y yang cenderung  terbuka, percaya diri, dan ekspresif diri.

Baca juga:  Bahasa Indonesia, Logika Berbahasa, dan Pentingnya EYD

Menurut Muslimin Ritonga (2019) dalam jurnalnya yang berjudul “Mengkomunikasikan Dakwah di Era Milenial”, ada dua hal yang dapat dilakukan untuk menjawab tantangan dan peluang dakwah, yaitu:

Pertama, pemanfaatan media sosial dan gadget sebagai media sosial sebagai wasilah dakwah. Pesan dakwah perlu diungkapkan melalui konten yang akrab di telinga generasi sekarang. Kedua, penyampaian pesan dakwah harus menarik meskipun materi dakwahnya berkualitas namun tidak didukung dengan kemasan yang menarik, terkadang masih banyak orang yang mengabaikannya.

Pada era digital, pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi menjadi salah satu tantangan dakwah. Dakwah yang sebelumnya hanya dilakukan melalui pendekatan tertulis, harus beradaptasi dengan konteks yang dihadapi masyarakat saat ini. Oleh karena itu, perlu dilakukan perubahan pada konteks dakwah, tantangan dakwah, daya tarik media sosial dan tips dakwah agar berhasil di era digital.

Apa saja yang perlu diperhatikan?

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengkomunikasikan dakwah di era digital, antara lain  membantu dakwah memahami hakikat masyarakat di era digital, memastikan pesan dakwah  tersampaikan secara efektif kepada masyarakat, memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan dakwah kepada masyarakat, proses transmisi pesan dakwah kepada seluruh lapisan masyarakat di era digital, membangun personal brand sebagai seorang da’i di era digital, memanfaatkan media sosial untuk menjangkau generasi milenial dalam berdakwah, meningkatkan kualitas konten dakwah di era digital, mengukur efektivitas dakwah di era digital, dan lain-lain.

Tips berdakwah di era digital

Dari beberapa faktor itu, penulis memaparkan bebarapa tips agar dakwah di era digital bisa lebih baik dan efektif seperti dengan cara berikut : Pertama, dengan membuat konten yang menarik dan mudah dipahami. Konten dakwah yang menarik dan mudah dipahami dapat menarik perhatian generasi milenial. Konten tersebut dapat berupa video, gambar, atau tulisan yang disesuaikan dengan karakteristik generasi milenial.

Baca juga:  Proklamasi dan Penegakan Hukum di Indonesia

Kedua, memanfaatkan media sosial. Media sosial seperti Instagram, Tiktok, Youtube, Twitter, Facebook, dan WhatsApp dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah yang dapat menyentuh generasi milenial secara langsung.  Diprlukan  pula untuk  memperhatikan karakteristik target audiens, memilih platform media sosial yang tepat, membuat konten yang menarik, menjaga keterlibatan dan daya tarik pendengar, mempromosikan dakwah melalui orang-orang yang memiliki pengaruh Islam dan mengukur kinerja  dakwah.

Ketiga, perlunya personal branding sebagai seorang da’i di era digital. Hal ini dapat dilakukan dengan  membangun citra positif dan kredibilitas sebagai pendakwah melalui media sosial dan platform online lainnya. Keempat, mengoptimalkan dakwah melalui media digital. Perlu adanya peningkatan kualitas konten dakwah dengan  membuat konten yang menarik, informatif, dan mudah dipahami. Ada juga kebutuhan untuk mengukur efektivitas dakwah di era digital.

Terakhir, hindari preferensi sementara dalam berkhotbah. Dakwah hendaknya dilakukan dengan niat  tulus untuk menyebarkan ajaran Islam dan memberi manfaat bagi masyarakat. Dengan beberapa tips tersebut, maka besar  kemungkinan dakwah islam di Indonesia, khususnya untuk kaum millenial akan lebih baik dan lebih efektif serta bisa dikatakan berhasil.

Share artikel ini

Tinggalkan komentar