Dunia literasi di Indonesia semakin menggeliat, terlihat dari semakin banyaknya pilihan buku yang tersedia di toko-toko buku besar seperti Gramedia. Rak-rak buku kini dipenuhi dengan karya-karya dari penulis luar negeri seperti George Orwell, Mark Manson, Carol S. Dweck, hingga Haruki Murakami. Di sisi lain, penulis dalam negeri seperti Andrea Hirata, Tere Liye, dan Boy Chandra juga terus memperkaya khazanah literasi dengan karya-karya mereka yang berkualitas dan inspiratif. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan tingginya kreativitas para penulis, tetapi juga meningkatnya minat masyarakat terhadap bacaan yang bervariasi.
Kreativitas Penulis dan Tantangan dalam Berkarya
Menulis adalah proses kreatif yang membutuhkan konsistensi, ide segar, dan dedikasi tinggi. Seorang penulis harus terus berproses, membaca, dan berlatih untuk menghasilkan karya yang bernilai. Namun, menulis tidak hanya soal menciptakan karya; karya tersebut juga harus bisa diterima dan diapresiasi oleh pembaca. Di sinilah peran penting pembaca dalam siklus literasi, yang melibatkan penulis, penerbit, dan pembaca itu sendiri.
Tanpa apresiasi dari pembaca, dunia literasi bisa mengalami stagnasi. Fenomena buku bajakan, misalnya, menjadi salah satu ancaman serius bagi keberlangsungan literasi. Harga buku yang dianggap mahal seringkali menjadi alasan bagi sebagian orang untuk memilih buku bajakan, tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap penulis dan industri penerbitan. Jika kebiasaan ini terus berlangsung, bukan tidak mungkin motivasi penulis untuk berkarya akan menurun, sehingga menghambat perkembangan literasi secara keseluruhan.
Mendukung Dunia Literasi: Apresiasi dan Akses
Untuk mendukung keberlanjutan dunia literasi, langkah nyata perlu diambil oleh berbagai pihak. Berikut beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
- Harga Buku yang Lebih Terjangkau: Diskon atau subsidi untuk buku-buku berkualitas dapat membantu masyarakat mendapatkan akses ke buku-buku original dengan harga yang lebih bersahabat.
- Perpustakaan yang Selalu Up-to-Date: Perpustakaan umum dan sekolah perlu menyediakan koleksi buku terbaru yang relevan dengan kebutuhan pembaca. Jangan sampai rekomendasi yang diajukan tidak terwujud dalam koleksi aktual.
- Kesejahteraan Penulis: Pemerintah perlu memastikan royalti dan bagi hasil yang proporsional bagi para penulis. Langkah seperti yang disoroti oleh Dee Lestari dalam unggahannya tentang kebijakan Sri Mulyani menjadi angin segar untuk mendukung kesejahteraan penulis.
- Edukasi Tentang Pentingnya Membeli Buku Original: Masyarakat perlu disadarkan bahwa membeli buku bajakan bukanlah solusi. Membaca adalah investasi, dan menghargai karya penulis adalah bagian dari membangun budaya literasi yang sehat.
Membaca dan Menulis: Tantangan dan Peluang
Membaca, seperti halnya menulis, adalah proses yang membutuhkan stamina dan komitmen. Banyak orang merasa sulit menyelesaikan sebuah buku karena berbagai alasan, seperti minimnya waktu atau bacaan yang dirasa “berat.” Namun, konsistensi dalam membaca dan menulis sangat penting untuk mengasah kemampuan berpikir kritis dan memperkaya wawasan.
Jika hambatan seperti harga buku yang mahal atau minimnya akses terhadap bacaan dapat diatasi, tantangan berikutnya adalah melawan rasa malas. Harga buku yang terjangkau atau akses mudah ke perpustakaan tidak serta-merta menjamin masyarakat menjadi pembaca yang baik. Oleh karena itu, motivasi pribadi untuk membaca dan menulis tetap menjadi kunci utama.
Dosen Ilmu Tafsir UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi